by google adsense

Segarnya di pesisir pantai Santai duduk di pingir pantai sambil minum air kelapa muda mantap....! Liburan rame-rame di pantai sawarna Menelusuri gua lalay Tidak merasa lelah

Kamis, 02 Agustus 2012

Tempat Menarik di Desa Sawarna


Panorama Sawarna dari bukit Cariang
Panorama Sawarna dari bukit Cariang

Provinsi Banten ternyata tidak hanya terkenal dengan keindahan pantai Carita dan Anyer serta Taman Nasional Ujungkulon sebagai tempat rekreasi baik bagi wisatawan Nusantara maupun Mancanegara.
Di pesisir Selatan Banten bagian dari Kecamatan Bayah - Kabupaten Lebak, terdapat satu tempat yang dapat dikatakan eksotik karena menawarkan beragam keindahan wisata pantai. Persisnya di Desa Sawarna. Desa ini sudah dicanangkan sebagai Desa Wisata oleh pemerintah Provinsi karena disadari banyaknya daya tarik wisata yang berdekatan. Selain menawarkan keindahan pantai-pantai yang indah, tidak kalah penting adalah keramahan penduduk setempat menerima wisatawan yang berkunjung ke sana. Tak heran banyak orang asing yang betah berminggu-minggu tinggal di desa itu hanya untuk bersenang-senang menunggangi ombak di atas papan Surfing. Memang di desa Sawarna terdapat salah satu tempat Surfing terbaik di Indonesia.
Wisatawan Nusantara lebih banyak datang dari Jakarta dan sekitarnya serta dari Bandung. Dimaklumi karena jarak tempuhnya tidak terlalu jauh yaitu hanya sekitar 230 km saja. Didukung sarana jalan yang lumayan bagus, maka dipastikan dalam beberapa tahun lagi akan menjadi tepat wisata ideal masyarakat Jakarta dan sekitarnya.

Beberapa tempat menarik yang direkomendasikan adalah :

JEMBATAN GANTUNG SUNGAI DI SAWARNA : Sungai Sawarna yang membelah desa Sawarna banyak dihubungkan dengan jembatan gantung untuk menyebrang. Dengan lebar sungai kurang lebih 20 meter, menyeberang jembatan gantung adalah bagian yang sedikit menegangkan sekaligus menyenangkan. Jembatan gantung ini sering menjadi objek latar berfoto para wisatawan. Lebarnya kurang lebih 1,5 meter sehingga aman untuk menyebrang dari dua arah yang berlawanan. Bahkan kendaraan bermotor roda dua dapat melintas dengan leluasa.

PANTAI LEGON PARI : Sangat ideal untuk melihat Matahari terbit. Memiliki hamparan pasir putih yang digunakan sebagai pelabuhan Nelayan tradisional. Di pantai berpasir putih ini juga cocok untuk bersenang-senang sambil berenang. Sisa pantainya adalah formasi batu karang yang unik dan indah. batu karang yang melebar menjorok ke laut sehingga pada pagi dan siang hari pada saat air laut surut, meninggalkan genangan-genangan air laut. Banyak ikan-ikan kecil dan kerang terjebak di cekungan karang yang digenangi air laut yang jernih. Bila diperhatikan susunan batu karang tersusun dengan indah seperti dipahat dan ditata secara disengaja. Mungkin inilah yang dinamakan Legon asal kata dari Laguna. Karang-karang kadang menonjol seperti berbaris. Letaknya kurang lebih 1,5 kilo meter jalan kali dari jalan raya tempat mobil dapat diparkir.
TANJUNG LAYAR : Menyambung dari Legon Pari, ada dua batu karang yang menjulang tinggi yang menjorok ke laut. Batu karang menjadi salah satu ikon utama tujuan wisatawan yang berkunjung ke sana karena keunikan dan keindahannya. Karena bentuknya seperti layar yang mengembang, maka penduduk setempat menamakan Tanjung Layar.

PANTAI CIANTIR : Pantai berpasir putih ini cukup panjang sekitar dua kilometer dan terbagi menjadi dua yaitu pantai berombak besar dan pantai berombak kecil. Pantai yang berombak besar di sisi Timur menjadi tempat pavorit para peselancar dunia seperti dari Australia, Jepang, Amerika dan Benua Eropa. Di sisi Barat ombaknya cukup kecil dan berpasir putih lebih landai. Disinilah salah satu tempat pavorit wisatawan Nusantara bersenang-senang menikpati segarnya udara pantai sambil berenang aau berlain pasir.
BUKIT CARIANG : Penduduk setempat menamakan tanjakan Cariang. dari ketinggian bukit yang dilintasi jalan utama menuju Desa Sawarna ini dapat melihat hamparan pantai Ciantir sekaligus Tanjung Layar dari kejauhan. Panoramanya begitu mengagumkan saat hari cerah karena dapat memandang lepas sampai titik pandang horison. Terdapat kedai minuman dan memungkinkan parkir kendaraan.

HUTAN LINDUNG DAN PANTAI CIPAMADANGAN : Hutan lindungnya masih sangat asri ditumbuhi sebagian hutan Jati milik Perhutani dan sebagian lagi tumbuhan hutan tropis khas pantai. Masih terdapat pohon-pohon besar. Saat melintas ke pantai Cipamadangan yang jaraknya kurang lebih 300 meter ini terasa sangat teduh walaupun saat terik Matahari karena terjaganya hutan lindung ini. Hampir sepanjang pantai Cipamadangan adalah formasi karang yang sangat menarik bentuk dan susunannya. Terdapat juga satu bukit karang berada sekitar 20 meter menjorok ke laut yang dinamakan Karang Bokor. Luasnya kurang lebih 50 meter persegi dan tingginya sekitar 15 meter. Meskipun di atas karang landai, tak seorangpun dapat mencapai Karang Bokor karena selalu diterjang ombak yang besar diantara batu-batu karang. Tetapi sangat menatik menjadi objek foto.

PANTAI PULO MANUK : Mungkin karena di di lepas pantai ini ada bogkahan karang yang sering menjadi persinggahan burung, maka penduduk setempat menamakan pulau Manuk ( bahasa Sunda ) atau Burung. Sisi Baratnya ada muara sungai kecil dan menjadi tambatan nelayan setempat. Bila beruntung, dapat membeli ikan segar dari nelayan yang baru kembali melaut. Tentunya dengan harga yang relatif murah karena langsung dibeli dari tangan pertama. Di pantai inipun aman untuk berenang.

PANTAI KARANG TARAJE : Hampir semanjang pantai terdiri dari batu karang dengan formasi yang indah. Tidak cocok untuk berenang, tetapi karena pantainya relatif menghadap Barat, di sini sangat cocok melihat matahari tenggelam. Pada saat cerah, suasana dipantai ini begitu indah dihiasi langit kemerahan.

GOA LALAY : Goa atau gua di Sawarna relatif memiliki keunikan yaitu panjangnya ratusan meter dan dibawahnya mengalir sungai kecil. Sehingga, apabila kita tertarik menyusuri lorong gua yang gelap penuh Stalagtit ini harus rela hari berbasah-basah. Ketinggiian air kira-kira antara sebatas lutut hingga pinggang. Penduduk setempat menyediakan jasa penerangan dengan lampu petromak serta memandu di dalam gua.
SEPANJANG BAYAH - MALINGPING : Dari Bayah menuju Malingpig, sepanjang perjalanan sekitar 40 km disajikan panorama pantai tidak putus-putusnya. Bayah juga memiliki cerita sejarah kelam saat jaman penjajahan Jepang. Banyak penduduk dari berbagai daerah dari Jawa Tengah dijadikan pekerja Romusa untuk menambang Batu bara sebagai untuk kepentingan penjajahan. Pada saat itu pula dibangun rel kereta api untuk mengangkut Batu Bara menuju Serang. Sisa-sisa jalur Kereta Api masih dapat dilihat di beberapa tempat.

FOTOGRAFI : Tempat ini sangat menarik bagi para fotografer karena menawarkan lanspace yang keindahannya beragam.

CARA MENJANGKAU : Dari Jakarta dapat ditempuh dengan mobil maupun bus ukuran sedang. Jalur Timur melalui Toll Jagorawi - Ciawi - Cibadak Sukabumi - Pelabuhan Ratu, lalu ke arah Barat menuju Sawarna. Jalur Barat dapat ditempuh melalui Toll Merak keluar Serang Timur - Pandeglang - Gunung Kencana - Malingping - Bayah - Sawarna. Kedua rute jarak tempuh relatif hampir sama. Tetapi rute Barat relatif sepi dan tidak disarankan mengendarai dimalam hari karena masih jarang perumahan penduduk, pom bensin, tempat istirahat dan bantuan darurat bila diperlukan.

MENGINAP : Tidak terdapat hotel di Sawarna. Kebijakan pemerintah setempat memberikan kesempatan pada penduduk setempat membangun Homestay yang layak diterima wisatawan. Biasanya sewa homestay sekaligus termasuk makan. Dengan tarif yang relatif murah, penduduk setempatpun dapat menikmati hasil dari usaha kepariwisataan.

MAKAN : Belum ada Rumah Makan di Sawarna. Tetapi jangan Khawatir, setiap homestay selalu menyediakan makan kepada wisatawan. Menu nya selalu olahan rumah seperti sayur-mayur, ikan, tahu-tempe, lalap sambal dan buah-buahan setempat sesuai musimnya.

KERAMAH-TAMAHAN DAN KEAMANAN : Penduduk setempat sangat menyadari para wisatawan yang berkunjung ke desanya adalah tamu yang membawa berkah ke desanya, mulai dari pemilik homestay, tukang ojek, nelayan bahkan para petani di sana. Maka tidak heran apabila pemuda Sawarna yang pantai berselancar mau meminjamkan dan memperkenalkan bermain Surfing kepada tamunya. Pemuda disana umumnya memiliki papan Surfing diberi cuma-cuma dari tamu asing, atau membeli dengan harga sangat murah karena persahabatan selama berlibur disana. Tak seorangpun tukang ojek disana memberikan jasa ojek yang tidak wajar kepada tamu dari luar. Mereka umumnya akan mematok harga standard yang sama baik untuk penduduk setempat maupun pendatang. Namun mereka akan sangat senang apabila ada wisatawan yang memanpaatkan jasanya karena selain ikut memperkenalkan desanya, juga senang menjalin persahabatan dengan orang baru.

Dengan senang hati kami tunggu kedatangannya, Informasi Bisa Menghubungi 085722792760


Keindahan Tanpa Batas Di Pantai Sawarna


Sharing :
Here we go again! Akhirnya saya bisa ber-holiday in the middle of college day. Dan, lagi-lagi ini trip dadakan. Alasannya hampir sama kaya trip saya ke Jogja kemarin. Tapi yang ini dadakannya lebih parah, dalam waktu kurang dari 36 jam! Tersebut lah saya, harish dan inong yang ikut dalam trip kali ini. Tujuan kami kali ini adalah sebuah desa elok nan rupawan di daerah Bayah, Lebak, Banten. Sebuah desa yang pamornya makin naik dimata penduduk lokal Indonesia: Desa Sawarna!

Bagaimana Cara Menuju Kesana?
Untuk perjalanan kali ini, kami memutuskan memakai angkutan umum. sebenarnya, banyak dari teman saya yang sebelumnya sudah pernah ke sawarna memutuskan untuk menggunaka mobil pribadi, tapi karna jumlah kita sedikit, hanya bertiga dan ogah repot dan cape, kita memilih angkutan umum. rutenya adalah Bandung-Sukabumi-Pelabuhan Ratu-Sawarna. perjalanan dimulai malam hari jam 8 malam. Bandung-Sukabumi ditempuh dengan waktu kurang lebih 3 jam. Karena sampai di Sukabumi sudah cukup larut, kami disarankan oleh kernet bus untuk turun di tempat biasa elf cibadak ngetem dan menaikinya untuk sampai ke pertigaan cibadak. Karena, bus Sukabumi-Pelabuhan ratu sudah tidak beroperasi jam segitu dari terminal. Sampai di pertigaan cibadak, kami menaiki bus ekonomi Bogor-Pelabuhan ratu dengan disuguhi atraksi dari sang supir yang sepertinya sudah handal. Sampai di terminal pelabuhan ratu, mau tidak mau kami harus bermalam di sana, karena elf ke sawarna baru ada besok pagi.
Setelah semalaman beristirahat dan bermalam, kami baru tau bahwa elf ke sawarna baru sampai di terminal pelabuhan ratu pada jam 10 pagi dan baru meninggalkan terminal jam 12 siang atau sampai terisi penuh. akhirnya, kami menaiki elf cikotokan rute pelabuhan ratu-cikotok-bayah dan diturunkan di pertigaan cibayawak dilanjut dengan ojeg. sebenarnya ada 2 jalan masuk menuju sawarna bila kita menaiki elf cikotokan, yaitu pertigaan ciawi dan pertigaan cibayawak, tapi kalau kita sampai pada pagi atau siang hari, turung di pertigaan cibayawak bisa menjadi pilihan utama, selain melewati rute pulau manuk yang bagus, pemandangan menuju pertigaan cibayawak pun gak kalah keren! tapi dengan kondisi jalan cibayawak-sawarna yang jelek dan serem kalo malam hari tentunya.
Disarankan untuk orang Bandung yang mau ke sawarna untuk mengambil rute ini: Sukabumi-Pleabuhan Ratu-Sawarna dengan rincian, dari Bandung berangkat subuh atau dengan bus pertama dari term.leuwi panajng, sekitar jam setengah 5 subuh. diperkirakan akan sampai di pelabuhan ratu jam 10-11 siang, kalau sempat bisa menaiki elf ke sawarna. karna elf ke sawarna hanya ada 1 dan baru meninggalkan sawarna jam 6 pagi untuk rute pulangnya.
Apa Yang Bisa Dilakukan Disana?
Desa Sawarna bisa di bilang perpaduan unsur alam yang sempurna. Area sawah yang banyak dan luas, hutan-hutannya yang indah, pesona pantai selatan dengan garisnya yang panjang, karang-karangnya yang indah dan unik serta absurd, desanya yang sunyi sepi dan damai juga banyaknya hewan-hewan disana dari mulai yang sering dilihat sampai yang jarang dilihat, semua ada! Ada banyak tempat yang kami datangi disana, di mulai dari pantai yang dekat dengan penginapan-penginapan yaitu pantai pasir putih yang menurut saya sih lumayan bagus lah, ditambah saat kami datang kesana, banyak nelayan yang sedang menangkap teri nasi dan beberapa ikan. kami sempat membeli ikan kepada nelayan dengan harga yang sangat murah! Dan membakarnya di pinggir pantai sambil menikmati kelapa muda.
Pada hari kedua, dimana waktu yang kami punya sangat banyak, kami memilih rute Goa lalay-Legon pari-Tanjung layar, sayang karna kami tidak menggunakan jasa guide, kami tidak memutuskan untuk masuk ke dalam goa lalay, ditambah kami sedikit menyasar saat menuju Legon Pari, tapi itulah yang membuat nilai plus nya! jalur yang kami tempuh dari goa lalay ke legon pari bisa dibilang cukup extreme, ada sedikit trekking dulu sembelum menuju legon pari, tapi, perjuangan kami yang sedikit sulit menuju legon pari itu yang membuat kami merasa ‘terbayar’ saat sampai di legon pari! sebuah perkampungan nelayan yang sangat sepi, pasir putih, air nya yang jernih dengan warna biru gradasi turquoise, dan ombaknya yang tidak sebesar pantai pasir putih. Bener-bener.. Paradise! Legon pari pun adalah sebuah tempat yang katanya pas buat ngeliat sunrise. Untuk jalur pulang dan menuju tanjung layar, kita mengambil rute susur pantai. melewati banyak karang-karang dengan bentuknya yang unik dan banyak melihat hewan-hewan yang aneh, termasuk ikan loncat.
Sempat memasuki perkebunan, karena jalur pantai yang berbatu besar yang sulit dilalui. sampai akhirnya kami tiba di tanjung layar, sebuah karang besar berbentuk seperti layar kapal. sebenarnya, masih ada pulau manuk, sebuah kawasan perhutanan yang banyak dihuni oleh burung-burung dan pantai di dekatnya, yang kami lalui saat datang ke sawarna. tapi dari yang kami dengar, pantai di pulau manuk sangat berbahaya, dan tidak lama saat sebelum kami datang, ada beberapa wisatawan asal depok yang hilang terbawa ombak. di desa sawarna nya sendiri, tidak banyak yang dapat dilakukan. Sawarna pun sering menjadi salah satu tujuan turis untuk berolahraga Surfing. Apalagi hal-hal berbau entertainment. kami kebanyakan hanya bermain hp saat di penginapan. sinyal disana hanya ada beberapa operator, salah satunya operator yang saya pakai yaitu m*3. teman saya yang pakai operator tiga, hp nya bener-bener tidak terpakai. hiburan lainnya ya berinteraksi dengan penduduk sekitar, pemilik homestay, nonton tv diruang makan.

Dimana Tempat Kita Menginap Selama di Sawarna?
Di desa sawarna terdapat banyak homestay atau penginapan, baik itu di dalam atau diluar desa Sawarnanya sendiri. dari mulai yang bagus sampai yang biasa aja. saya selama disana, menginap di Widi Homestay karna jaraknya cukup dekat ke pantai. Harga penginapan disana kebanyakan dihitung per kepala/malam sudah termasuk makan 3x, walaupun ada yang dihitung per kamar/malam, dan masih bisa ditawar! jadi, jangan malu buat nawar apalagi jumlah rombongan kita banyak dan berencana akan menginap lebih dari 1 malam. saya peribadi, lebih memilih untuk membayar perkepala/malam sudah termasuk makan 3x. karna, untuk mencari makanan berat disana terhitung susah dan agak jauh dari penginapan.
Tips and Tricks
Waktu terbaik mengunjungi Sawarna tentunya pada saat musim panas. Sebenarnya, saat kami kesana, saat malam pun sering hujan dan sering kali mendung, tapi hujannya hanya pada malam hari dan tidak terlalu besar. juga pada saat low season, supaya suasana Sawarna yang tenang bisa kita dapatkan. dari info yang saya dapatkan dari pemilik homestay, di Sawarna pada bulan september sering diadakan lomba surfing, maka bulan tersebut (saya tidak tahu tanggal berapa dan minggu ke berapa) penginapan sering penuh karna katanya sudah di booking sampai seminggu. Di sawarna sendiri, karna memang banyak sawah, jadi banyak pula serangga-serangga persawahan yang menyambangi kamar kami, dari mulai walangsangit, nyamuk, sampai dengan tomcat dan kelelawar! jadi usahakan bawa obat nyamuk bakar dan oles, sebenarnya untuk obat nyamuk oles bisa dipakai pada saat trekking karna kami sempat melewati perkebunan yang banyak terdapat nyamuk demam berdarahnya. Juga usahakan untuk memakai sendal untuk trekking, jangan pakai sendal jepit atau sepatu. karna ini pantai dan kalau ingin masuk ke hutan-hutan kecilnya, agak susah pakai sendal. terakhir, bawa permainan kayak kartu remi, monopoli atau apapun. buat ngebunuh rasa bosen pas lagi di penginapan.
Nah, itu tadi sedikit tulisan perjalanan saya tentang sepotong surga kecil di selatan Banten. Sawarna saat ini sudah dikenal banyak penduduk lokal karna keindahannya dengan jarak dekat. tapi masih banyak beberapa teman saya yang belum tahu gimana cara kesana. semoga beberapa informasi dari saya ini membantu yaa! Dan satu lagi, dengan kemudahan kita menuju Sawarna, semakin mudah pula orang menuju kesana. tolong kita sama-sama menjaga kelestarian alam disana terutama dari sampah-sampah yang kita bawa. Supaya keindahan alamnya terus terjaga sampai nanti! Hahaha.


Tempat wisata baru di indonesia

Bagi Sahabat Bravo! yang bingung mau liburan kemana akhir pekan ini, Desa Wisata Sawarna di Banten bisa menjadi pilihan yang menyenangkan. Selain masih bernuansa alami, Desa Wisata menyediakan pantai-pantai indah yang patut dikunjungi. Mungkin untuk sekarang ini desa sawarna merupakan tempat wisata baru yang banyak di kunjungi oleh para wisatawan.

Rute Menuju Sawarna
Desa Wisata Sawarna mungkin terdengar sedikit asing di telinga Sahabat Bravo!. Objek wisata ini terletak di Kecamatan Bayah, Kabupaten Lebak, Banten yang tidak jauh dari kawasan Pelabuhan Ratu.

Desa ini sangat terkenal dengan keindahan alam yang menakjubkan berupa pemandangan pantai yang indah, pasir putih yang membentang, hamparan sawah bak permadani hijau, serta gua yang mengagumkan.

Perjalanan menuju desa wisata ini dapat melalui dua rute yaitu, yang Jakarta – Tangerang – Rangkasbitung – Malimping – Bayah - Desa Sawarna, atau Jakarta – Pelabuhan Ratu – Bayah – Desa Sawarna. Kedua rute ini memakan waktu tujuh hingga delapan jam perjalanan, dengan menggunakan kendaraan pribadi ataupun angkutan umum.

Desa Sawarna ditetapkan sebagai desa wisata binaan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Banten sejak tahun 2000. Terdapat fasilitas seperti homestay dan lainnya yang dikelola dengan melibatkan masyarakat setempat.

Biaya menginap per malam di homestay, berkisar dari Rp150.000 sampai dengan Rp250.000. Namun, jika Sahabat Bravo! sekeluarga memiliki dana terbatas, kalian bisa menumpang rumah-rumah penduduk untuk bermalam, dan tentunya dengan biaya yang lebih murah.

Objek wisata yang terkenal di Desa Sawarna adalah pantai dan guanya, seperti Pantai Ciantir, Pantai Tanjung Layar, Pantai Leguan Pari, dan juga Gua Lalay. Pasir pantai yang putih dan lingkungan gua yang masih bersih menjadi keunggulan tempat ini.

Pantai Ciantir
Jika salah satu keluarga Sahabat Bravo! adalah pecinta olahraga selancar, ombak di Pantai Ciantir sangat asik dan menantang untuk berselancar. Hal ini terbukti dengan banyaknya peselancar yang datang ke tempat ini, baik lokal maupun mancanegara. Sebagai tips, disarankan untuk membawa sendiri peralatan selancar karena disini belum tersedia tempat khusus untuk menyewakan perlengkapan berselancar.

Pantai Tanjung Layar
Pantai Tanjung Layar sangat terkenal dengan pasir putihnya yang indah. Konon, nama Tanjung Layar diambil dari adanya dua batu karang yang menjulang menyerupai bentuk layar, yang juga menjadi ciri khas dari pantai ini. Nah, bagi Sahabt Bravo! yang suka fotografi, menikmati sunset di pinggir pantai Tanjung Layar tidak boleh terlewatkan.

Pantai Leguan Pari
Pantai Leguan Pari tergolong panbtai yang masih ‘perawan’, karena sangat besih, tenang, dan jauh dari keramaian. Untuk menuju pantai ini kita harus berjalan kaki sejauh dua kilometer melalui dua rute, yaitu rute persawahan dan pemukiman penduduk, atau menyusuri bibir pantai. Perjalanan sejauh dua kilometer tersebut tidak akan membosankan, karena Sahabat Bravo! akan disuguhi pemandangan hijaunya hamparan sawah, barisan pohon kelapa, dan deretan bunga liar yang mempesona.

Gua Lalay
Bagi Sahabat Bravo! yang suka berpetualang, Gua Lalay patut menjadi pilihan saat menyusuri Desa Wisata Sawarna. Gua ini termasuk salah satu gua karts (batu gamping), dimana terdapat aliran sungai bawah tanah dengan dasar berlumpur. Panjang gua yang menjadi primadona di Sawarna ini hampir mencapai satu kilometer. Untuk memasuki gua ini, Sahabat Bravo! disarankan untuk membawa alat penerangan serta didampingi oleh pemandu. Rata-rata, biaya memakai jasa guide ini sebesar Rp. 50.000 untuk satu rombongan. Murah ya?

Selain dihiasi stalaktit dan stalakmit yang megah, pada dinding gua juga dihinggapi banyak sekali kelelawar. Karena inlah, warga menamakan gua ini dengan Gua Lalay, dimana dalam bahasa Sunda lalay berarti kelelawar.

Tunggu apa lagi? Yuk rencanakan liburan sekolah kali ini ke Desa Wisata Sawarna yang letaknya tak begitu jauh dari Jakarta. Mudah-mudahan bisa menjadi referensi yang tepat untuk liburan Sahabat Bravo! dan keluarga kali ini ya!


Outbound Seru Di Desa Sawarna


Panorama cantik Desa Sawarna telah menjadi buah bibir anak-anak Indobackpacker sejak tahun 2008. Niat ke sana juga sudah tersimpan sejak setahun kemarin. Namun baru 2-3 April 2010 impian ini terlaksana. Pantai yang masih perawan, gugusan karang yang cantik dan trekking gua-bukit-pantai yang cukup menguras energi. Outbound tingkat medium yang benar-benar seru.

Setelah tujuh jam berkendara dengan menyewa mobil, tibalah kami di Desa Sawarna. Sengaja aku memilih rute Serang-Pandeglang-Malimping-Bayah, takut kena macet di Cicurug-Cibadak. Jalan di Malimping memang banyak yang rusak, namun masih bisa ditolerir.
Di Desa Sawarna kami dijemput Kang Yudha, anak kedua Bu Widi,


yang menjadi host kami. Setiba di sana matahari telah meninggi,niat melihat sunrise di pantai pun susut. Untunglah ada hiburan lain yang membuat aku kembali bersemangat. Jembatan kayu yang berayun-ayun setiap kami menapak itu membuat rekan-rekan rombonganku memekik-mekik ketakutan. Jembatan tradisional itulah salah satu penghubung ke Desa Sawarna.
Setelah dijamu pisang goreng, teh manis dan kopi hangat, serta nasi goreng, kami siap bermain air. Kang Yudha lalu mengajak kami ke Pantai Ciantir. Pantai ini berpasir putih dan memiliki garis pantai yang panjang. Seperti laut selatan pada umumnya, ombaknya cukup tinggi. Beruntung saat kami menyusuri pantai, ombaknya bersahabat. ’’Ini sih bisa dibilang ombaknya kecil,’’ ujar Kang Yudha yang ternyata peselancar andal. Meski termasuk tenang, ada beberapa turis asing yang berselancar.

Setelah puas berfoto-foto, Kang Yudha menggiring kami ke tujuan utama ke Sawarna ini. Tanjung Layar. Dari kejauhan terlihat dua karang yang saling mengapit seperti pintu gerbang. Pintu gerbang ke kerajaan air, pikirku. Indah sekali. Ini tidak kalah dengan James Bond Island di Phuket dengan bentuk yang berbeda. Bila Phuket berbentuk paku terbalik ini berupa dua tebing seperti layar.


 

Ketika Kang Yudha bilang tidak berbahaya berenang menuju ke tebing tersebut, aku segera mencebur ke air laut yang dingin itu. Ternyata tidak terlalu dalam, kira-kira sepinggang hingga sedada. Namun, arusnya cukup deras. Aku, Ovi, Ardi, Cici dan Any tertahan di dua pertiga perjalanan. Sepertiga sisanya tidak berani kami lakukan melihat arus air yang cukup seram.







Setelah dua pantai itu kami mengaso sambil menunggu para pria sholat Jumat. Hawa yang panas dan angin sepoi-sepoi membuai kami hingga hampir terlelap. Baru sekitar pukul 13.30 kami kembali menyiapkan diri untuk trekking. Sebulan menuju Sawarna aku telah mengumpulkan informasi dari anak-anak Indobackpacker, perjalanannya menuju Gua Lalay, Legon Pari dan pulang melalui Tanjung Layar tidak begitu mudah. Kenyataannya memang demikian.
Gua Lalay, gua kelelawar itu memaksa kami berbasah-basah. Airnya antara selutut-sepinggang dan dingin. Staklagmit dan stalaktitnya tidak istimewa. Pijakan batu yang licin dan endapan lumpur bercampur kotoran kelelawar membuat kami tidak bisa berjalan cepat. Mungkin sensasi air yang dingin dan rasa penasaran itulah yang membuat gua ini masih layak untuk dikunjungi.
Legon Pari yang menjadi tujuan berikut paling menguras energi. Kami melewati persawahan yang agak becek setelah diguyur hujan, mendaki bukit dan kemudian menuruninya. Sandal jepit terpaksa kucopot karena licin. Faisal, anak Kang Yudha yang masih kelas 2 SD lah yang membuatku bersemangat. Ia dengan lincah dan tanpa rasa lelah memimpin rombongan kami. Ketika lautan telah samar-samar terlihat, energiku terasa kembali. Setiba di sana, aku segera menyongsong air berwarna kebiruan itu.
Dibanding Ciantir, Legon Pari lebih indah. Di beberapa tempat bertebaran laguna-laguna kecil berisi air tawar hangat. Di dalamnya ada ikan-ikan kecil. Rasanya nyaman berendam di sana setelah melangkah cukup jauh.
Di pantai inilah aku melihat sekawanan kerbau yang di antaranya asyik berkubang di salah satu laguna. Hihihi lucu. Muka mereka yang polos dan pasrah nampak kegirangan ketika berkubang di laguna itu. Terus terang baru kali ini aku melihat sekawanan kerbau berjalan-jalan di pantai. Ingin sekali mengelus-elus anak kerbau. Namun, niatku kuurungkan, takut diseruduk hehe.
Mendung bergelanyut. Kang Yudha lalu memimpin rombongan kami pulang. Wow perjalanannya benar-benar menantang. Sepanjang jalan penuh batu-batu dan karang yang licin. Ovi terpeleset dan memar, kaki dan lengannya berdarah. Lagi-lagi aku beruntung menemukan kayu yang cukup panjang. Tongkat itu membantuku berjalan dan memilah batu yang bisa kutapak. Hampir sejam kami berjalan, muka teman-temanku nampak kelelahan. Dan tiba-tiba hujan mengguyur. Sempurna trekking ini, gumamku antara kesal dan geli.

Tiba di Tanjung Layar aku terkejut. Air yang surut membuat karang-karang kecil menuju Tanjung Layar terlihat. Nampak beberapa pengunjung berfoto-foto di tebing tersebut. Yaaa….tadi kami bersusah payah menuju ke sana, eh sekarang terlihat mudah. Tubuh yang lelah dan tiadanya tantangan menyurutkan niat menuju ke tebing tersebut. Aku lebih memilih kembali ke pondok untuk mandi menyegarkan diri. Menuju pondok, langit semakin kelam. Dan di langit penuh kelelawar yang cukup besar seolah-olah mengucapkan selamat tinggal kepadaku.


Gua Lalay, Eksotisme gua karst di Sawarna

Pagi itu saya bergegas kembali ke homestay setelah menikmati sunrise. Pagi itu ada rencana untuk menjelajah gua Lalay. Sebelum berngkat saya dan beberapa teman menyempatkan diri untuk sarapan dulu dengan menu yang sudah disiapkan ibu Widi. Pagi itu Ibu widi menyediakan menu nasi uduk, ikan goreng, kerupuk dan gorengan. Sungguh nikmatkmat sekali sarapan pagi itu. Tepat jam 08.00 sarapan selesai, saya dan rombongan memulai perjalanan ke Gua yang dari kemarin sudah kami perbincangkan. Menurut 2 tour guide lokal yang kami sewa, waktu tempuh ke Gua kira-kira 25 menit dengan berjalan kaki melewati perumahan penduduk, persawahan, jembatan gantung kayu.

Goa Lalay di Sawarna ini merupakan Gua karst. Terjadinya Gua bermula dari adanya retakan batu gamping akibat pengaruh tektonik. Bagian  dasar gua lalay merupakan sungai bawah tanah yang berlumpur dengan ketebalan kira-kira 10 sampai 15 cm. Panjang Gua lalay sendiri kira-kira diatas 500 m-1000 m. So, bakalan berbasah ria, berlumpur. Jadi lebih baik memakai celana pendek saat menelusuri goa ini, selain itu gua lalay merupakan rumah bagi ribuan kelelawar  jadi jangan kaget ya kalau mencium bau tidak sedap dari guano (kotoran kelelawar) disudut tertentu di dalam gua. Ini pintu masuk gua lalay, terlihat kecil:

Gua lalay-Sawarna
Tour guide lokal kami cukup menguasai lapangan, saat didalam gua pun mereka tahu jalan mana yang nyaman untuk dilewati pemula seperti kami. Untuk sandal, lebih baik ditinggal di mulut gua soalnya di dalam akan berlumpur dan becek. Untuk biaya masuk kalo ga salah Rp.1000-1500/orang. Ini merupakan usaha dari karang taruna setempat untuk membantu perawatan jembatan gantung yang ada di sekitar desa sawarna. Setelah menyiapkan peralatan penerangan (senter, obor dsb). Saatnya masuk gua, jadi seperti ini perjalanan kita didalem:
Telusur gua lalay
Menelusuri gua
waktunya foto-foto
Suasana saat keluar gua lalay
Narsis sedikit ya
Sedikit cerita saat menjelajah gua lalay, kawasan wisata disekitar desa sawarna yang cukup recomended. Masih berpotensi untuk dikembangkan jadi suatu Kawasan terpadu wisata alam yang menjanjikan.. semoga pemerintah cukup jeli melihat peluang ini.


Menguak Tabir Pesona Di Desa Sawarna

Menguak Tabir Pesona Desa Sawarna
HIMPALA UNAS.COM, BANTEN - Bermain di pantai yang berpasir putih, berselancar, menelusuri goa, dan berjalan-jalan di pematang sawah bisa menjadi kegiatan yang paling seru untuk menikmati liburan. Hal itu yang membuat untuk sesegera mungkin siapkanperlengkapan dan berkemas untuk menikmati liburandi Desa Sarwana, Provinsi Banten.
Desa ini memiliki keunikan dan keindahan pemandangan alam berupa pantai dan gua yang mempesona. Ketika menginjakan kaki pertama di desa ini suguhan pemandangan alam yang sangat indah berupa sawah yang membentang luas bagai karpet permadani hijau, serta hembusan angin yang menyegarkan badan, hamparan pohon-pohon kelapa dan jati yang menjulang sangat tinggi bagai benteng alam yang membentengi desa Sawarna.
Selain pemandangan persawahan yang hijau, desa ini juga menawarkan pantainya yang cukup indah dengan pasir putih serta lingkungannya yang masih bersih yang dapat menyegarkan pikiran. Bagipecinta olahraga selancar, pantai di desa Sawarna merupakan tempat yang tepat karena pantai ini memiliki ombak yang sempurna untuk kegiatan berselancar.
Di pantai inijuga dapatmenikmati keindahan sunset dan mengabadikannya lewat foto. Selain itu terdapat beberapa tempat yang menarik di pantai ini, seperti Tanjung Layar dan Pantai Ciantir. Desa Sawarna tak hanya terkenal dengan pantainya yang mempesona,jugapesona dari goa Lalay.
Di goa inibisa memacu adrenalindengan menyusuri goa yang masih sangat alami, dengan lumpur di lantai goa serta stalaktit dan stalakmit yang banyak terdapat di dalam goa ini. Selain itu, juga bisa menyelami sungai bawah tanah yang terdapat di dalam perut goa. Binatang seperti udang, kepiting-kepiting kecil, dan kelelawar bisa menjadi teman selama menyusuri goa Lalay.
Desa Sawarna terletak tak jauh dari Jakarta yaitu di Kecamatan Bayah, Kabupaten Lebak, Banten. Sangat dekat dengan kawasan Pelabuhan Ratu.
Dengan menggunakan kendaraan umum maupun pribadi untuk menuju desa ini, terdapat dua rute untuk menuju de Sawarna yaitu lewat Jakarta - Tangerang - Rangkasbitung - Malimping - Bayah - Desa Sawarna dengan memakan waktu selama 5 jam atau lewat Jakarta - Pelabuhan ratu - Bayah - Desa Sawarna dengan memakan waktu selama 7 jam. (dan)


Kebahagiaan Sederhana di Desa Sawarna

Saya memasukkan barang-barang seperlunya ke dalam ransel kecil. Ya, saya kembali melakukan perjalanan. Perjalanan impulsif untuk ke-sekian kali. Setelah resmi menjadi kaum urban dan berinteraksi dengan rutinitas pekerjaan, saya tak pernah mau menanggalkan ransel tersimpan tak terpakai.
Jadi, seketika waktu senggang, saya mencari destinasi yang mungkin dikunjungi saat akhir pekan tiba. Tak jauh dari Jakarta, tapi tetap menawarkan sesuatu yang lebih dari sekedar melepas kepenatan.
Setelah mencari-cari destinasi yang cocok di forum pejalan, akhirnya pilihan pun jatuh ke Desa Sawarna, desa kecil di Provinsi Banten. Ada seseorang yang mengajak jalan bersama ke sana dengan harga terjangkau. Saya tentu tak pikir dua kali untuk ikut mendaftar.
Secara geografis, Desa Sawarna terletak di Kecamatan Bayah, Kabupaten Lebak, Provinsi Banten, di sebelah barat Provinsi DKI Jakarta. Untuk mencapai ke desa tersebut, perjalanan dengan mobil atau bus memakan waktu 7-8 jam.
Waktu terbaik untuk mengunjunginya memang di bulan-bulan pertengahan, April-September saat musim kemarau tiba. Jalanan menjadi terjal dan becek kala musim hujan. Arus air sungai yang deras pun bisa menjadi penghambat untuk menikmati kearifan alam di sana.
Oleh karena itu, sebenarnya pemilihan waktu awal Februari untuk berkunjung amat beresiko. Hujan masih dengan senang hati mengguyur setiap tempat sesuai jatahnya masing-masing.
Potensi hujan mengacaukan liburan saya semakin besar ketika di Terminal Kampung Rambutan, turun hujan deras saat kami akan berangkat ke Desa Sawarna. Namun, di sini bukan waktunya untuk mundur!
Cuaca masih mendung saat bis kami sudah mendekati lokasi. Karena tak punya kemampuan menari tarian tolak hujan, saya hanya bisa meminta pada Yang Maha Baik untuk tidak mengijinkan hujan turun dua hari ini. Perjalanan ini akan amat sayang jika tak bisa dinikmati sepenuhnya hanya karena hujan turun. Saya tak ingin pulang hanya dengan kelelahan tanpa sempat menikmati sepercik kemegahan alam di sini.
Sampai juga kami di lokasi. Cuaca tiba-tiba berubah cerah. Seperti ada yang mendengar pinta saya pagi tadi. Alhamdulillah.
Kesan awal, seperti hampir semua destinasi wisata, desa ini menarik. Hanya saja, sisi menariknya pasti berbeda dan saya akan segera mengetahuinya dalam dua hari ke depan.
Ada jembatan kayu yang menghubungkan kami dengan Desa Sawarna. Kurang lebih panjangnya 20 meter dan hanya cukup untuk dilewati motor. Sungai di bawah jembatan agak dangkal. Arusnya tak begitu deras. Terlihat banyak juga anak-anak kecil mandi atau sekedar bermain di sana.
Masuk ke lingkungan desa, sudah ada kepala desa (setidaknya, begitulah pengamatan saya, atau mungkin beliau hanya petugas yang diminta untuk mengumpulkan “tarif masuk”). Beliau menunggu di sebuah rumah-rumahan kayu, dan meminta tarif masuk Rp. 2000 per tamu untuk sekali kunjungan. Murah sekali.
Kami berjalan menuju homestay yang sudah dipesan. Sepanjang mata memandang, sisi-sisi modernitas tercermin dibalik tembok-tembok rumah warga di sini.
Jalanan setapak desa ini sudah disemen. Walaupun beberapa sisi jalan desa masih tanah, tetapi kemajuan kental terlihat. Hampir semua rumah dibuat permanen, listrik juga sudah masuk ke desa, dan beberapa penduduk sudah memiliki motor sendiri.
Sampai di homestay, saya cukup terkejut dengan kondisi homestay yang akan kami inapi semalam ini. Rumahnya cukup besar, bahkan sangat besar, untuk ukuran desa. Fasilitasnya pun lengkap dengan meja pingpong dan lapangan voli. Awalnya, saya berpikir hanya akan menginap di rumah warga yang sederhana. Bagaimanapun juga, homestay yang nyaman ini adalah kejutan yang amat mudah dinikmati.
Desa ini masih seperti desa kebanyakan, di tengah sawah dan terlintasi sungai. Meski begitu, masyarakatnya sama sekali tidak konservatif. Mereka sudah berpikiran maju untuk menjadikan potensi pariwisata desanya menjadi penghidupan. Banyak sekali rumah-rumah penduduk dijadikan homestay. Beberapa masyarakat bahkan memiliki profesi sampingan menjadi pemandu wisata.
Pak Saep, pemandu wisata kami, berpendapat senada, “Ini semua bukan bantuan pemerintah. Masyarakat sendiri yang punya inisiatif menjadikan desa jadi kampung wisata.”
Agenda kami padat. Maklum, hanya dua hari dan cukup banyak tempat yang mesti dikunjungi. Alhasil, setelah beristirahat sebentar, kami memulai trekking ke Goa Lalay.
Sawah menghijau di Desa Sawarna
Sawah menghijau di Desa Sawarna
Di siang yang cukup terik, kami menelusuri sawah-sawah membujur. Seperti bunga yang akan merekah, sawah yang kami lewati masih hijau. Sejauh mata memandang, hanya hijau menentramkan yang kami lihat. Beberapa kali bertemu petani ramah yang menyambut kami dengan dialek Sunda mereka yang kental.
Mudah tak selamanya kami lewati. Dua kali kami harus berusaha melawan arus deras sungai. Untung saja sungainya tak dalam. Meski begitu, harus ekstra hati-hati agar tidak terpeleset. Bawaan kamera dan ponsel bisa dalam bahaya.
Setelah kurang lebih satu jam perjalanan, kami sampai di destinasi pertama, Goa Lalay. Lalay menurut bahasa Sunda artinya kelelawar. Pak Saep mengatakan goa ini penuh kelelawar kala malam menjelang. Saat Maghrib menjelang Isya, biasanya gerombolan kelelawar ini keluar dari sarangnya.
Ada sungai kecil yang mengalir dari dalam goa ini. Sayangnya, berhubung musim hujan, aliran air pun lebih deras dari biasanya. Kalau dilihat dari luar, memang sepertinya tidak memungkinkan untuk masuk ke dalam. Saya pikir sayang sekali sudah jauh-jauh, tapi tidak melihat stalaktit Goa Lalay yang konon memang terkenal. Akhirnya, saya dan beberapa teman memaksakan diri masuk. Walau awalnya agak sulit karena bebatuan licin ditambah arus yang deras, justru air menjadi agak tenang ketika sampai di dalam.
Di dalam, tak terlihat ada kelelawar satu pun. Menurut Pak Saep, mereka bersarang terlalu ke dalam. Kondisi di dalam goa tidak memungkinkan kita untuk menelusuri lebih ke dalam. Tak berjodoh dengan para lalay rupanya.
Setidaknya, stalaktit-stalaktit tadi sudah mau bercengkerama dengan kami.
Selepas dari Goa Lalay, kami kembali melanjutkan perjalanan. Melewati pematang-pematang sawah, bukit-bukit kecil, dan tak ketinggalan jalanan penuh lumpur. Beberapa teman sangat kelelahan, apalagi yang perempuan. Banyak juga tragedi-tragedi kecil, seperti ada yang tercemplung ke sawah, terpeleset ketika jalan turun, atau sekedar terkilir saat menapak.
Tapi saya yakin, semua kelelahan dan kesialan itu terbayar ketika telapak sudah bersentuhan dengan pasir pantai.
Kembali mendengar deru ombak dan menikmati aliran air laut di sela-sela kaki memberi kenikmatan tersendiri. Untuk saya, pantai tak pernah gagal memberi kesan menawan.
Dari sana, Karang Taraje sudah terlihat amat dekat. Namun sayang, sepertinya saya belum diizinkan mampir di sana. Jalanan menuju ke sana dijaga segerombolan anjing penjaga ternak yang terkenal ganas. Daripada mencari masalah, lebih baik mengurungkan niat pergi untuk mendekat.
“Taraje” dalam bahasa setempat artinya tangga. Mudah ditebak kenapa dinamakan demikian: bentuk karangnya memang menyerupai tangga. Kalau memandang dari arah pantai, sisa air di karang dari tabrakan ombak seakan bergerak, bertahap, menuruni anak tangga.
Beberapa penduduk terlihat sedang memancing dengan cara yang unik. Dengan seutas bambu, mereka memancing agak ke tengah laut sambil mendera ombak. Ikan yang didapat pun cuma ikan-ikan kecil. Memang bukan untuk dijual, tapi dikonsumsi sendiri.
Kami harus menaiki bukit yang cukup terjal untuk sampai ke agenda terakhir sekaligus puncak, hari itu. Menunggu sang surya terbenam di Tanjung Kelayar. Sebenarnya kalau enggan menaiki bukit, melewati jalan memutar juga bisa dilakukan. Tinggal memilih, lebih senang jalan berbatu dan licin atau jalanan menanjak yang juga licin.
Akhir hari itu menjadi sempurna ketika matahari akan mengucap salam pamit pada semesta. Indahnya tak terucap, cantiknya tak terungkap. Benar-benar pemandangan luar biasa sebagai hadiah bagi kami yang sudah rela berpeluh demi sampai di sini. Terasa tenang sekali perasaan. Seakan kami tak mau mengijinkan matahari pergi begitu cepat.
Cuaca cerah sehari tadi membuat sempurna spektrum peninggalan sang surya. Lukisan paling cantik satu semesta dari Yang Kuasa. Membuat insan-insan lebih merasakan makna mendalam akan malam. Terang tak selamanya jaya, ada waktu masing-masing seperti juga manusia yang tak selamanya merasakan kenikmatan.
Senja di Karang Taraje
Senja di Karang Taraje
Sambil menikmati semangkuk mi rebus dan segelas es kelapa, saya terduduk santai di pasir putih. Bercengkerama dengan teman seperjalan. Tak lupa mendirikan tripod sebagai penyangga kamera. Kami banyak mengambil gambar sampai lupa waktu. Cahaya senja semakin menghilang. Kami mesti segera beranjak pulang.
Esok paginya kami menuntaskan agenda perjalanan ini dengan mengunjungi Pantai Ciantir. Dari perkampungan warga tempat lokasi homestay, bisa dicapai dengan berjalan kaki 10 menit. Pasir putih sejauh mata memandang membuat pantai ini cantik penuh pesona. Tak kalah dibanding banyak pantai-pantai cantik lain di Pulau Jawa, bahkan Bali ataupun Lombok.
Pasir dan biru langit di Pantai Ciantir
Pasir dan biru langit di Pantai Ciantir
Kami ingin memanfaatkan waktu langka ini sebaik-baiknya. Ada yang bermain bola, bersantai sambil minum es kelapa, atau sekedar menghabiskan memori di kamera.
Saat hari beranjak siang, kami mesti kembali ke penginapan untuk bersiap-siap kembali ke Jakarta.
Rasanya tak ingin cepat berpisah dengan kehangatan dan kebersahajaan desa ini. Setelah semuanya, saya merasa beruntung pernah merasakan keduanya itu. Meski cuma sebentar, tak hanya kepenatan yang hilang, pencerahan pun muncul akan cara-cara sederhana menikmati hidup.
Jiwa kembali siap menjalani rutinitas di hari hari berikutnya tanpa pernah lupa akan satu hal, menjelajahi sisi lain bumi Tuhan.


Berwisata di pantai sawarna tidak mahal

Mari kita bacpack ke sawarna beach.
Buat yg belom tau pantai sawarna gue kasih detail dan rincian biaya nya dulu aja deh ya.Keindahan pantai Sawarna ini, sayangnya, belum dilihat pemerintah setempat sebagai potensi pendapatan asli daerah. Padahal masyarakat Desa Sawarna sudah menerima kehadiran wisatawan asing dan nusantara. Warga setempat sejak lama menginginkan desa mereka maju dan berkembang. Setidaknya potensi wisata alam ini menjadi daya tarik utama. Ayo maen ke mengisi liburan idul fitri bersama keluarga. sawarna di sawarna memberikan keindahan alamnya yang tak terhingga. banyak touris lokal maupun internasional yang mengngunjungi sawarna dengan alasan selain surfing kita juga bisa melihat keindahan pantai dan goanya.di sawarna juga sudah terdapat mini hotel dengan konsep terasa rumah sendiri ke amanan dan kenyamanan kami prioritaskan.



Mungkin anda bosan dengan kehidupan perkotaan yang sumpek dan polusi dimana-mana, tidak salah kan Sekarang anda mengunjungi sawarna, dimana orang bilang menyebutnya “kota wisata dan budaya”. Sawarna secara geografis terletak di Desa Sawarna - Kecamatan Bayah - Kabupaten Lebak - Provinsi Banten - Negara Indonesia - Kode pos 42393.
Fisherman boat


TURIS MANCANEGARA

Cukup mudah menuju ke objek wisata sawarna, Saudara bisa memakai kendaraan umum ataupun membawa kendaraan pribadi seperti mobil dan motor, mini bus, bus dll. Jalan menuju ke sawarna cukup bagus, sebab sekarang sudah bisa di lalui kendaran kesayangan anda, karena sekarang jalan di sawarna sudah ter Standar Negara Indonesia (SNI) alias layak di lalui mobil-mobil pribadi yang anda miliki.
Paket wisata ini merupakan menjawab harapan saudara, yang berkeinginan berwisata kesawarna tanpa di ribetkan dengan mengurus semuanaya. Kelebihan dalam paket wisata ini adalah: Anda bisa mengetahui objek mana saja yang menarik di sawarna, tidak di ribetkan dengan boking mini hotel/penginapan dll. Sekarang saatnya anda memutuskan kerjasama kami, kapan lagi coba berwisata ke sawarna. " Ayo visit sawarna.
Untuk harga dan informasi yang lebih lengkap.



A. Paket Mini Hotel Ekonomis Rp : Rp 150.000/org
Fasilitas:
1. 4 Kamar
2. Kapasitas 10 Orang
3. Toilet di dalam
4. Kipas angin
*syarat dan ketentuan berlaku

B. Paket Mini Hotel Exe Rp: 180.000/orng
Fasilitas:
1. 4 Kamar
2. Kapasitas 5 Orang
3. Toilet di dalam
4. Kipas angin
5. Konsumsi 3x/orng
- www.aurahomestay.blogspot.com
- www.restuhomestay.blogspot.com
- www.cariangresort.blogspot.com

C. Paket Mini Hotel VIP Rp: 185.000/org
Fasilitas:
1. 4 Cottage
2. 4 orang/cottage
3. Double beds
4. Soft drink
5. Toilet duduk di dalam
6. Shower
7. AC
8. Satellite TV (National & International channels)
9. Security professional


10 stars HOT''TEL















D. Paket Very Low Cost (R.I.P) not VIP Rp.80.000 / orang
fasilitas
1. 1 CAMP
2. 5 orang/camp
3. Singgle beds + Double Sleeping Bag for Outside sleeppers !!
4. Soft drink    aqua + rokok semampunya,hehe
5. Toilet jongkok jarak 100 Meters dari camp
6. no shower,just Gayung bak mandi
7. AC - ANGIN LAUT
8. atellite TV (National & International channels) - Usaha sendiri supaya gak bosen,hehe
9. Security professional selalu jaga di luar tennda 24 jam setiap saat.

Ini yg kita rasakan ketika liburan hemat,cepat,tanpa perencanaan yang matang,tetapi tetap menyenangkan :)) .

 
HOT''EL PARA BINTANG


Kalo belom di coba enggak akan tau rasanya gimana.

Ditunggu kedatangannya... CS 085722792760


Rabu, 01 Agustus 2012

Goa lalay sawarna beach

Goa lalay sawarna beach
In addition to offering beautiful beaches, this area is also known as the thousand caves. Sawarna is a paradise for lovers of sport caving. Not a few of the local caver came regularly, to try out a variety of difficulty levels the cave.
To reach Goa Lalay, we have tracking after going through the main street Sawarna Village, turn right into the village population, through the village streets, climbing the beautiful rice field ampun2, sempet I think … turned out so beautiful wetland that not only belongs to Bali, in parts of the tip of West Java, precisely in the Tourism Village Sawarna save the beautiful views of rice fields once and then proceed to cross the shallow river is rocky, past fields and sampailan us in the creek where Goa Lalay located.
Goa is very friendly Lalay not explored because the terrain is too heavy, even the child’s age Naja (7 years) were able to conquer this cave. Generally cave for caving, Goa Lalay also overlooking the beautiful stalactite and stalaknit, formed by the beautiful nature. The bottom of this cave is an underground river of mud with a thickness of 10 to 15 cm. The length of the cave is estimated to 1000 meters.
Arriving at the end of the cave, climbed to the top, here begins the real caving. To not damage the surrounding rocks, we had to crawl and walk melipir, eventually we will arrive at the cave room which berstalaktit and stalaknit beautiful light that issued if the terpa flashlight.

Desa Sawarna atau ada yang menyebutnya pantai Sawarna berlokasi tidak terlalu jauh dari ibukota Jakarta. Jarak sejauh sekitar 220 km dari Jakarta dapat ditempuh dengan kendaraan dengan nyaman kurang lebih selama 5 – jam menuju pantai selatan provinsi Banten.

Surga pecinta Surfing di pantai Ciantir 
Surga pecinta Surfing di pantai Ciantir  
Desa Sawarna sudah dikembangkan sebagai Desa Wisata dikarenakan banyak potensi wisata yang dapat dikembangkan khususnya wisata bahari seperti pantai yang indah, wisata gua kelelawar ( goa lalay ), agro wisata dan wisata budaya. Beberapa pantai yang banyak dikunjungi adalah Legon Pari, Tanjung Layar, Ciantir, Karang Bokor, Pulo Manuk atau Pulau Burung dan Karang Taraje. Daya tarik lainnya selain masih dapat melihat dan berjalan di pematang sawah adalah jembatan gantung yang melintasi sungai Sawarna. Hampir setiap wisatawan yang berkunjung ke Sawarna menjadikan jembatan gantung cukup atraktif.
sawarna-2
Wisatawan asing terutama dari Eropa dan Jepang sudah mengenal cukup lama pantai-pantai di desa Sawarna karena disini terdapat satu lokasi Surfing dengan ombak cukup tinggi. Mereka rela berminggu-minggu bahkan ada yang satu bulan hanya untuk menikmati surfing di pantai Ciantir. Kendala terbatasnya sarana tidak terdapatnya hotel berbintang bukan menjadi hambatan untuk mereka.

pematang sawahmenuju Gua Lalay ( Gua Kelelawar ) 
pematang sawahmenuju Gua Lalay ( Gua Kelelawar )  
Penginapan atau hotel di sana hanya tersedia homestay dan villa. homestay atau rumah penduduk yang disewakan pada wisatawan paling banyak terdapat di desa Sawarna. Suasana keakraban dengan penyewa rumah akan sangat teresa karena mereka juga sekaligus menyajikan makan buat kita dengan menu rumahan tentunya. Disela-sela waktu istirahat kadang kita bisa ngobrol,  nonton tv bersama atau kadang larut dalam obrolan gosip selebriti bahkan informasi fenomena kehidupan dunia hiburan seperti lagu keong racun yang langsung melejit oleh Sinta dan Jojo
Beberapa tempat yang jumlahnya kurang dari sepuluh villa sudah tersedia di Sawarna. Fasilitasnya hanya sedikit lebih bagus dan bentuk bangunan lebih terasa untuk suasana liburan. Tentu harganya akan terpaut sedikit lebih mahal dibanding homstay. Tetapi keduanya tetap tidak mengurangi kesan berlibur di sebuah desa yang belum dikembangkan secara maksimum seperti tempat lainnya
Rute menuju ke sana dapat ditempuh melalui 2 jalur yang berbeda. Pertama melewati jalur  Ciawi Bogor -Cibadak – Pelabuhan Ratu dan belok ke arah kanan menuju Desa Sawarna melewati Cisolok. Kondisi jalan cukup bagus terkadang terhambat kemacetan antara Ciawi menuju Cibadak pada hari libur. Sisa perjalanan dari Cibadak menuju desa Sawarna sangat lancar. Rute lain adalah melewati toll  Serang Timur -  Malingping – Bayah – Desa Sawarna. Rute ini menawarkan panorama yang lebih asri dan kontur berbukit.


Sawarna Beach Vacation – Sawarna, Banten, Indonesia


A trip to Sawarna Beach, Banten, Indonesia..
Nice short vacation, too short i must say :D

Shot and edited by Rizki Allesa
music: Yellow by Coldplay


Unik, seru, menarik, spektakuler berwisata di sawarna

*
Kabar Hotel - Pantai Sawarna terletak di Desa Sawarna, Kecamatan Bayah, Kabupaten Lebak, Banten. Lokasi yang berjarak 150 km dari Rangkasbitung (Ibu Kota Kabupaten Lebak) ini makin komplet dengan gelombang spektakuler yang sempurna bagi para pencinta olahraga selancar. Tidak heran, pantai yang dibuka untuk publik ini menjadi semacam surga baru bagi peselancar Australia, Jepang, dan Korea. Salah satu spot favorit peselancar mancanegara untuk berselancar adalah Ciantir. 
*
Pantai Sawarna merupakan salah satu pantai yang sangat indah dan menarik dengan pasirnya yang putih. Para wisatawan yang kebanyakan pencinta fotografi memilih menginap 2-3 hari di desa yang berada di kawasan Pantai Sawarna. Maklum, begitu banyak sudut keindahan Pantai Sawarna dapat dieksplorasi dan tidak cukup bila berkunjung hanya beberapa jam. Yang unik dari desa ini adalah lokasinya yang dipisahkan oleh aliran sungai dangkal yang cukup lebar. Makanya, siapapun yang ingin pergi ke desa tersebut harus melewati jembatan kayu gantung layaknya sedang melakukan outbound.
*
Selain pantainya yang indah, saat menelusuri tepi Pantai Sawarna, terdapat objek menarik yaitu Gua Lalay yang dihuni ribuan kelelawar. Dalam gua dapat dilihat jernihnya air yang mengalir menuruni gua.
*
Jika tertarik melakukan beach trekking, tidak ada salahnya meminta bantuan penduduk setempat atau pemilik penginapan tempat Anda menginap. Maklum, pantai ini masih dikelola oleh penduduk lokal. Jadi untuk urusan penginapan ataupun guiding, belum terfasilitasi dengan baik.
*
Namun sayang sekali, lokasi ini masih minim perhatian dari pemerintah Kabupaten Lebak ataupun Provinsi Banten. Hal ini terlihat dari home stay yang beroperasi (sebanyak 17 lokal) semuanya atas inisiasi warga setempat. Bahkan, Ketua Paguyuban Pemilik Home Stay Sawarna, Nenden mengeluh air bersih saja tidak menjadi perhatian pemerintah.
*
*
“Kami melalui paguyuban ini berusaha berulang kali untuk mendapatkan fasilitas air bersih karena yang ada saat ini sangat terbatas dan kurang memadai bila sedang padat pengunjung,” keluhnya. 
*
Selain itu, terlihat pula banyak yayasan yatim piatu di desa ini yang mengandalkan bantuan para turis untuk menghidupi anak asuhnya akibat minimnya perhatian dinas sosial setempat.
*