Lawang Saketeng muka siloka, risalah Sawarna jeung Cilangkahan nu natrat na sajarah geus wancina dibuka.
Gunung Kembang bakal ngajembang, Karang Bokor pijadieun obor,
Tanjakan Cariang ngancih dangiang, Tumenggung pitutur menak jeung
penyagung, kudu diturut jeung dijunjung.
Basisir Ciantir nu mimiti lilir, Tanjung Layar bakal kelar, Tapak Si
Kabayan ciciren wancina aya kahirupan, Karang Beureum matak tengtrem,
Karang Bodas matak waas. Legon Pari nyari tur asri, Palistir bakal jadi
tempat pelesir.
Tulisan di atas disebut Wangsit Cilangkahan. Runutan kata dan
kalimatnya begitu tersetruktur rapih dan apik. Wangsit tersebut didapat
dari AM Erwin Komara Sukma, mantan Lurah Sawarna yang kini duduk sebagai
anggota DPRD Lebak.
Erwin mengaku mendapatkan wangsit itu pada suatu malam saat dirinya
mancing bersama warga Sawarna lainnya. Saat temannya berkali-kali
mendapatkan ikan, umpan pancing Erwin sama sekali tidak disentuh. Dia
kemudian berhenti mancing, dan duduk disekitar pantai Sawarna sambil
menerawang.
Antara sadar dan tidak, dia diperlihatkan sebuah susunan kata dan
kalimat yang kemudian dia sebut sebagai Wangsit Cilangkahan. “Tiba-tiba
ada tulisan di depan saya. Kemudian saya membaca dan belum sempat
menulisnya. Alhamdulillah sampai sekarang saya hafal isi wangsit itu,”
kata Erwin saat berbincang-bincang di sekitar Tanjung Layar, Sawarna,
Lebak, beberapa waktu lalu.
Terlepas kontrofersi dari mana asal wangsit itu, jelas sekali bahwa
warga Banten Selatan ingin agar Kabupaten Cilangkahan segera terbentuk
dan wilayah Sawarna dijadikan kawasan wisata terpadu. Sebab daerah
Sawarna dikelilingi panorama alam yang cantik dan sungguh mempesona.
Saat penulis menginjakkan kaki di Sawarna, ada decak kagum atas
keindahan alamnya. Dari Tanjakan Cariang (seperti disebut dalam wangsit,
red) kita bisa melihat pemandangan yang cukup mempesona. Pasir putih
terhampar memanjakan mata. Indah sekali.
Memasuki Kawasan Wisata Terpadu Sawarna, kita akan disambut dengan
jembatan gantung sepanjang hampir 50 meter, yang mengapung di atas
sungai berair bersih. Tentu sangat jauh jika dibandingkan dengan air
sungai kebanyakan, yang airnya hitam dan dipenuhi sampah.
Bergeser sedikit, ada puluhan rumah yang sengaja dijadikan guest
house untuk para pelancong yang datang ke wilayah itu. Di teras guest
house, tampak para pendatang sedang menikmati kopi dan bercerita tentang
keindahan dan kekurangan Sawarna.
Jalanan menuju tempat wisata sudah dilapisi vaping block. Meski belum
tuntas semua, tentu itu akan mempermudah wisatawan menjangkau tempat
wisata yang dituju. Sungguh suatu pemandangan yang luar biasa.
Masyarakat Sawarna sadar bahwa wilayah mereka punya daya tarik untuk
dikunjungi.
Karenanya, mereka menyulap rumah mereka menjadi guest house. Tentu
ada efek positifnya. Selain menyewakan rumah, warga juga bisa menjajakan
produksi rumahan mereka seperti pisang selai dan gula mera. Jelas, ada
aktivitas ekonomi di sana. Warga Sawarna tidak perlu jauh-jauh ke Arab
atau Malaysia untuk menjadi TKI.
Dan akan lebih baik jika pemerintah daerah baik ditingkat kabupaten
maupun provinsi menyadari potensi Sawarna. Keindahan Sawarna dengan
segala kekayaan alamnya, tuntu tidak berarti apa-apa, jika pemerintah
daerah tidak sepaham dengan apa yang menjadi kehendak masyarakat
Sawarna.
Cilograng teu kudu ringrang, Cibareno bakal loba nu mikasono.
Bagedur bakal masyhur, Binuangeun pangjungjung bangsa deungeun,
Malingping panto gerbang mapag nu bade sumping, Cilangkahan lengkah
munggaran Sang Kabayan.
Pangarangan teu tingrang teu hariwang, Cisiih panyapih jeung
pangbintih, Cisungsang boga pakem dina kahirupan, Bayah nyaring polah
sangkan teu susah, Darmasari babakti nu geus wancina digali.
Prak sekeseler ti kaler, dulur-dulur anu ti kidul, baraya anu ti
wetan, pangagung anu dumuk di palih kulon, geura sabeungkeutan sangkan
Cilangkahan bisa tandang nyandingkeun kahayang jadi kota bungsu anu
gadang. Begitu lanjutan Wangsit Cilangkahan.(*)
Yoyo yang belum tau dan ingin mendengarkan musiknya bisa Download mp3 Wangsit Sawarna disini Atau disini.
Sumber : http://bantenpos-online.com/2011/11/03/dari-wangsit-cilangkahan-hingga-guest-house/
0 komentar:
Posting Komentar