Sepuluh tahun silam, Sawarna bukanlah apa-apa. Dulu
kawasan ini hanya daerah lazimnya pedesaan biasa. Di sana-sini hanya
terlihat perkebunan dan pantai sunyi yang masih perawan. Masyarakat
setempat tak pernah bermimpi, jika keindahan alam Pantai Sawarna
ternyata bak mutiara terpendam.
Kini, hamparan pasir putih yang membentang luas dan keunikan dua
bongkah karang di sekitar Tanjung Layar di Desa Sawarna telah menjadi
magnet yang menyedot para wisatawan, baik domestik maupun mancanegara.
Pantai Sawarna, laksana surga di wilayah selatan Banten yang menawarkan
berbagai keindahan yang penuh warna.
Ada dua cara untuk bisa sampai ke kawasan wisata yang berjarak
sekitar 125 kilomter dari Kota Rangkasbitung itu. Pertama bisa melalui
jalur Pandeglang-Malingping-Bayah, atau bisa melalui jalur Pelabuhan
Ratu-Cisolok dan langsung ke Desa Sawarna. Untuk menggapai lokasi yang
menawan, para wisatawan akan mulai disapa keindahan alam di sepanjang
jalan berkelok tersebut yang bisa ditempuh dengan biaya sekitar Rp
25.000 (Damri) dari Kota Serang. Di sepanjang jalan, pemandangan alam
pesisir dan pesawahan yang dipadu hutan tropis tentunya akan menambah
nuansa wisata yang langsung memberikan kenyamanan.
Setibanya di Desa Sawarna wisatawan langsung disambut tulisan
“Selamat Datang di Desa Wisata Sawarna” yang terpampang di mulut desa.
Jembatan gantung menuju kawasan wisata nan unik menyiratkan siapapun
terasa dibawa ke alam lain yang sulit didapat di tengah hiruk pikuk
kesibukan rutinitas sehari-hari yang melelahkan. Ya, Sawarna, sebuah
desa di kawasan ujung timur Kecamatan Bayah yang kian populer. Bahkan
desa terpencil di wilayah selatan yang berpenghuni sekitar 5.700 jiwa
itu kini kemolekannya telah banyak terpamer di dunia maya. Keunikan
Pantai Tanjunglayar dengan dua karang besar yang mirip menara, dan
cekungan teluk Sawarna dengan ombak besarnya yang bisa dijadikan area
olahraga surfing, serta eksotiknya Goa Lalay yang dipenuhi ribuan
kelelawar, memberikan nuansa natural dan keindahan tersendiri.
Berbeda dari bayangan, saat wartawan menginjakan kaki di lokasi itu.
Pantai yang kotor dan masyarakat desa yang kolot, langsung ditepis,
manakala warga setempat menyapa ramah siapapun yang berkunjung ke sana.
Usai memarkir kendaraan dan melewati Jembatan Gantung tua yang unik, dan
menyusuri jalan kecil yang telah dibeton suasana wisata kian terasa.
Perkampungan penduduk nan asri dengan lingkungan bersih dan bersahabat
langsung menyapa. Di sepanjang jalan, rumah-rumah penduduk telah disulap
menjadi homestay yang sengaja disiapkan warga yang akan menginap di sana.
Yang menarik dari lokasi wisata Sawarna, hampir seluruh penduduknya
turut terlibat dalam pengelolaan pariwisata. Wajar, jika siapapun yang
datang ke sana merasa terlayani paripurna. Apa yang dibutuhkan
wisatawan, warga akan berupaya memenuhinya. Pokoknya, pengunjung yang
datang dijamin tidak akan mendapatkan kesulitan, karena selain
lingkungan yang bersih tertata juga pelayanan dari penduduk setempat pun
bisa mudah didapat. Warga setempat tidaklah menjadi penonton,
sebagaimana kawasan wisata lain di Banten. Namun langsung terlibat guyub sebagai pelaku wisata.
Dari pusat desa, para wisatawan bisa menemukan surga wisata yang bisa
memberikan kedamaian sekitar 200 meter ke arah selatan. Di lokasi itu
wisatawan akan disapa hamparan dan bukit karang yang mempesona. Lokasi
dinamakan Tanjung Layar, karena terdapat dua bongkah karang raksasa yang
menjulang menyerupai karang. Sekitar 1 kilometer ke arah selatan
wisatawan akan dimanjakan ombak yang cocok untuk olahraga Surfing. Tak
perlu berkendara, keindahan alam di sana akan membuat jarak terasa
dekat. Dalam perjalanan di lokasi yang sebagian penduduknya kaum nelayan
itu, pengunjung menjumpai hutan lindung dan perkebunan milik penduduk
setempat.
Menurut cerita Uyut Lodang, warga setempat yang juga mengelola homestay.
Kunjungan ke Pantai Sawarna kian ramai dari hari ke hari. Diceritakan,
jika Sawarna bukan hanya memiliki keindahan yang terpendam, namun juga
memiliki nilai sejarah yang tinggi. Menurutnya, dahulu Sawarna pernah
menjadi persinggahan Sultan Ageng Tirtayasa, tepatnya di salah satu
bukit area sekitar Tanjung Layar. Dia juga menyebutkan, waktu awal zaman
penjajahan Jepang, di perkampungan Sawarna itu pernah bermukim sosok
pejuang bernama Tan Malaka, waktu itu dia berada di sana sebagai pegawai
di salah satu pertambangan ternama.
Diceritakan pula, untuk 2 karang yang berbentuk menara itu, adalah
bekas menara bangunan kuno. Karena memang di sekitar Tanjung Layar itu
banyak bertumpuk karang bebatuan seperti bekas puing-puing bangunan tua.
Di sekitar pesisir pantai Tanjung Layar agak ke arah barat, bisa
dijumpai seperti bentuk bekas telapak kaki sebelah kiri yang cukup
besar, berukuran panjang sekitar 2 meter dan lebar 1 meteran. Konon
menurut cerita warga setempat, itu adalah ‘Tapak Si Kabayan’ tokoh
legenda Parahiyangan.
Kini, kawasan itu telah menjadi daya tarik yang mempesona. Menyusuri
pantai ke arah barat, terdapat Goa Lalay. Sebuah yang dihuni ribuan
kelelawar. Lokasi ini kerap dikunjungi para penggiat adventures dari
berbagai tempat, termasuk dari mancanegara.
Kepala Bidang Promosi Dinas Budaya dan Pariwisata Provinsi Banten,
Deden Indrawan mengungkapkan, Provinsi Banten terus berupaya menarik
wisatawan sebanyak-banyaknya ke lokasi itu. Bahkan kini pihaknya telah
menggandeng pasangan selebritis Irwansyah-Zaskia Sungkar untuk
mempromosikan Pantai Sawarna. “Mereka telah dinobatkan sebagai Duta
Wisata Sawarna, baru-baru ini,” ungkap Deden, saat dihubungi
kemarin.(chaidar w/bnn).
Sumber : http://satelitnews.co.id/pantai-sawarna-surga-wisata-selatan-banten-yang-penuh-warna/